ARTI HIDUP
Panggil saja nama
saya Nessa. Saya seorang mahasiswi salah satu universitas swasta di Jakarta.
Pagi hari ketika saya sedang bangun dari tidur, saya mendegar suara pintu yang
terbuka, “siapa?? Sapa saya “ saya
bergegas menghampiri pintu itu , ohh ternyata kakak , “dek, ayah kena stroke
sekarang dirumah sakit “ , jantung saya terasa mau lepas , air mata saya tak
terasa jatuh , tak tau lagi apa yang harus saya lakukan saat itu, pagi yang
mencekam dan kelabu untuk saya . Saya pun bergegas mandi dan menuju rumah sakit
tempat ayah saya dirawat .
Tepat siang hari,
saya pun tiba dirumah sakit, dan lagi-lagi saya tidak bisa menahan airmata
saya,saya melihat ibu disamping ayah, dia begitu tegar. Bibir ayah sudah
bengkok seperti orang stroke, mata nya memar entah kena apa, dia sempat gegar
otak ringan sehingga tidak ingat siapa anggota keluarganya, saya pun menghampirinya
“ yah, ini aku nessa, cepet sembuh ayah “ sambil kucium pipinya . Ternyata ayah
jatuh dikamar kata ibu, dari jam 3 pagi, jam 8 pagi ayah baru bisa dibawa
kerumah sakit itupun karna pintu kamar didobrak (dihancurin). Saya memang tidak
tinggal bersama kedua orangtua saya, saya tinggal berdua denggan kakak
saya,sehingga saya tidak tahu apa yang terjadi,begitupun dengan ibu semalam ibu
menginap,dan tidur dengan saya sehingga ibu pun tidak tahu kalau ayah jatuh.
Keadaan ayah mulai
membaik, ayah sudah diperbolehkan pulang setelah mengikuti scan otak dan
pengobatan yang harus dilakukan. Ayah itu orangnya kuat, semangatnya buat
sembuh luar biasa, kaki kiri dan tangan kanannya sudah kaku, harus banyak
terapi menggerakan anggota tubuh yang kaku agar otot-ototnya tidak kaku.
Selesai solat magrib, saya pun menggaji, tiba-tiba ayah manggil , “dek kesini,
ngajinya dekat ayah aja ayah mau dengar “ ujar ayah, sayapun menghampirinya dan
mengaji didepannya. Saya menahan air mata saya jatuh, dalam hati saya berucap
“yaa Allah cobaan Mu begitu berat, saya tidak tega melihat ayah, sembuhkan dia
yaa Allah jagan bikin dia tersiksa”.
Saya merenung dalam
gelapnya malam, saya butuh sekali teman cerita tetapi saya tidak pernah
mendapatkan itu. Tepat tengah malam, jantung ayah berdetak kencang, keringat
dingin,saya pun panik beserta ibu dan kaka. Kita langsung membawanya kerumah
sakit, ditengah perjalanan , ayah “ dee, kuliah yang benar,jaga diri jagain
ibu, ayah udah ga kuat “ sayapun menagis sekejar-kejarnya “ayah apaan sih,
jangan ngomong gtu” ucap saya. Sesampainya dirumah sakit, saya bersyukur ayah
dapat diselamatkan, hanya saja keadaannya lemah.
Saya benar-benar
merasa sendiri saat itu, tidak ada teman yang memberi semangat, saya sering
berfikir, kemana teman-teman dekat saya,ketika saya susah mereka tidak
peduli,itu yang namanya temen, tapi yasudahlah masih banyak hal yang jauh lebih
penting yang harus saya pikirkan. Saya lupakan sejenak tentang teman, saya
fokus kepada ayah dah kuliah . Siang hari saya mengobrol banyak dengan kakak,
saya menangis tetapi dia malah memarahi saya “ ngapain nangis terus, nangis itu
ga akan bikin masalah selesai, kamu tuh harus dewasa dan belajar apa arti hidup
“ ucap kakak .Serentak saya pun menghentikan tangisan saya dan mulai berfikir
dari kata-kata itu . “Arti hidup “ yaaa arti hidup , Allah ga akan member
cobaan diluar batas kemampuan umatnya kan, jadi percaya saya dapat melewati ini
dan semua selalu ada hikmah.
Ayah sudah boleh
pulang kembali kerumah, tetapi saat ini keadaan ayah jauh lebih buruk, semua
anggota badannya sudah kaku. Siang hari tepat hari minggu , saya pamitan kepada
ayah dan ibu untuk pulang kekostan, saya mencium pipi ayah, “ kapan pulang? “
ucap ayah , “ nati yah aku pulang jumat “ jawabku. Hal itu rutin saya lakukan
ketika saya akan pulang kekostan . Saya pun pergi meninggalkan rumah untuk
pulang kekostan dengan gafi . Gafi ini teman dekat saya , kami beda kampus
tetapi sering sekali dia menemani saya dan mengantar saya pulang .
Tepat malam hari saya
ditelepon oleh sepupu saya, “ dee lagi apa disana, disini rame banget lagi pada
kumpul “ sapanya. Rupanya sepupuku sedang dirumahku , “ lagi duduk aja , pengen
pulang deh tapi masih ada kuliah “ jawabku. Entah kenpa perasaan saya saat itu
ingin sekali pulang . Tengah malam saya terbangun , saya mimpi ayah meninggal
dan dikafani , saya memang sering sekali mimpi buruk belakangan ini. Siang hari
saya menanyakan keadaan ayah kepada kaka dan saya menceritakan mimpi saya ,
syukur alhamdulilah ayah baik-baik saja .
Telepon saya
berdering, saya lihat jam baru jam dua dini hari, entah siapa yang telepon
karna nomor itu tidak tercantum di hp saya, “ hallo “ jawab saya , “ dek, ini
kakak, kakak di depan kostan kamu nih, turun doong kita pulang yah, ayah pengen
ketemu sama kamu “ ucap kakak, “ malam-malam gini ka, besok aku kuliah,pulang
kuliah aku pulang deh “ jawab ku , “ ga bisa de, ayah pengen ketemu
sekarang,besok izin aja “ ucap kakak . Saya tutup teleponnya , saya mulai
curiga, entah apa lagi yang terjadi sama ayah, tetapi saya terus berfikir
positif .
Saya pun menemui kaka
yang sudah menunggu dimobil, saya pulang dengan menggunakan baju tidur dan
selimut yang saya bawa, saya tidak berani menanyakan apa yang terjadi degan
ayah, kakapun diam, dia hanya membawa mobilnya melaju dengan cepat, saya pun
menghubungi gafi dan menceritakan apa yang terjadi, dia mulai menenangkan saya,
dan saya pun mulai belajar tenang dan berfikir semua akan baik-baik saja. Dua
jam lebih berlalu dan sayapun tiba dirumah , begitu kaget nya saya melihat
banyak orang mengji , pikiran saya pun mulai kacau, serentak saya memikirkan
apa yang terjadi dengan ayah. Yaaa dugaan saya benar, ayah meninggal, innalilahi
wainna illahi rojiun , saya melihat ibu menangis di depan jenazah ayah, saya
pun menangis kejar melihatnya .
Saya buka perlahan
penutup wajahnya , saya peluk erat tubuhnya, saya cium pipinya , “ayah maafin
aku” ucapku . Menyesal rasanya tidak ada disampingnya saat-saat terakhir,
menyesal rasanya tidak mengikuti apa kata hati, kalau saja waktu itu saya
pulang mungkin saya masih bisa bertemu untuk terakhir kalinya.Saya mengaji di
depan jenazahnya, itukah yang ayah mau mengaji didepannya, saya mengatar
jenazah ayah hingga liang kubur , dan mulai menenangkan ibu yang mungkin jauh
lebih sedih daripada saya. Gafi selalu memberi semangat kepada saya, dia mau
mendengarkan semua cerita saya, saya bersyukur mempunyai teman dekat seperti
dia, saya mulai mengerti apa arti hidup ini , dan saya menerimanya dengan
ikhlas , Allah memang menggambil orang yang saya sayang yaitu ayah , tetapi
Allah memberi orang yang untuk saya sayang yaitu gafi.
0 komentar:
Posting Komentar